Jumat, 21 Oktober 2011

Renungan mabim 2011


Ketika,
Aku tengah tenggelam dalam puing-puing fikiranku,
Aku tersentak.
Ku temui..
Sebegitu egonya aku,
Yang ingin  menguasai hati dan sanubariku.
Hingga..
Terlahirlah sejuta niat..
Untuk tiada lagi peduli,
Dengan insan yang lain.

Dan  akupun hanya terlena dalam keegoanku,itu..
Bagai terkalahkan kedamaian hati,
Oleh aku yang ingin mendapatkan,
Kebahagiaan di dunia ini..

Betapa tertegunnya hati ini,
Saat ada sejuta tanya dalam sanubariku..
“inikah bahagia yang kau cari dalam dunia ini?”

Haaaaaaah.........
Dan akupun terdiam,
Terasa kelu bibir ini berucap,
Seakan.....
Tak  terarah lagi jalan fikiranku.
Hingga nadi dan nafas,
seakan berhenti menghidupi tubuhku.

Ku sadari.
Mulai ku sadari bahwa...
Aku sempat tenggelam,
Dalam wujud kefanaan dunia ini..
Dalam dunia..
Yang semestinya ku pahami ketiada abadiannya..
Seakan...
Bisikan-bisikan kalbu,
Mengajariku memahami semua ini...
Bahwa..
Aku si manusia biasa,
Hidup dengan sejuta kisah semu.
Bahwa..
Tiada kan ada..
Bahagia yang aba..di dengan dasar keegoisan..

Oh Hyang Widhi.....
Aku......
Seorang nista yang kau cipta,
Tengah merasakan luka yang mendalam,
Luka...
Terakibatkan oleh ego yang sempat ku jalani dalam kenestafaan ini.

Kembali..
Kembali lagi berjuta tanya menghampiri benak ini..
“Sudahkah kau memberi yang terbaik untuk orang tuamu?”
“Sudahkah kau memberi yang terbaik pada orang-orang di sekelilingmu?”
Dan...... ku sadari,
Dengan egoku,, hingga saat ini.
Aku...........
Aku belum mampu memberi yang terbaik untuk orang tua ku dan insan disekelilingku..
Masih sering aku menyakiti perasaan mereka..
Sering tak memperdulikan nasihat mereka..
Aku sering melawan orang tuaku..
Bahkan..
Berselisih paham,
Hingga membentak-bentak mereka..
Aku..
jua pernah menyakiti hati orang yang mencintaiku,
Dan sahabat-sahabat yang mengasihiku..

Apa guna diriku ini??
Ketika hal-hal yang semestinya mampu ku atasi..
Ku lakukan,
Hingga banyak insan yang meneteskan air mata,
Karena tingkah laku dan perkataanku.
Dimana sesungguhnya?
Letak jiwa ku,
Yang mampu mendamaikan hati ku sendiri,
Jua hati insan yang lain..

Akankah...
Mampu aku menembus batas ruang  yang menghalagi jalan,
Untuk dapat ku temui istana kedamaian jiwa..
Sedang aku hanya manusia biasa,
Yang masih terenggut fikiranku,
Untuk pamrih..
Belum mampu ku temui..
Ketenangan jiwa yang sesungguhnya.
Dan aku pun belum mampu,
Menghilangkan rasa dendam..
Saat ada insan,
Yang membuat hati ini tiada nyaman,..
  Menyakiti dengan dusta-dusta mereka..
Atau memancing amarahku,
Saat aku tak sepaham...

Haaaaaaaah.................
Terlalu banyak nestafa yang kusikapi dengan kemunafikan..
Begitupun saat ini,
Saat aku berada disini..

Tuhan........
Tunjukkanlah jalan,
Untuk mampu ku raih, damai hati ini secara utuh..
Aku ingin..
Memiliki jalan fikiran seperti para yogi,
Yang betapa heningnya saat mereka bahagia,
Begitupun jua ketika mereka tengah berada dalam masalah.

Tak ingin,
Hati ini masih selalu tenggelam dalam pamrih
Dalam dendam,
Dan dalam amarah...
Hingga mampu terhenti deraian air mata,
Akibat rasa pilu yang menyelimuti hati..
Karna ku ingin ada damai.....
Damai..
Yang berawal dari percikan-percikan sinar Hyang Widhi,
Yang ku bayangkan mengaliri tubuhku,
Kemudian ku simpan dalam hati ku,
Hingga terasa damai hati ini..
Serta mampu terwujud,
Damai di hati,
Damai didunia..
Dan damai selalu..

3 komentar: