Jumat, 10 September 2010

jangan salahkan cintaku



”Jangan ..........”
Begitu lantang kudengar teriakan itu, hingga akupun terbangun dengan begitu kaget. Oh Tuhan ternyata suara itu suara sahabat karibku yang tidur di sampingku.
”Cindy, kenapa kau?” ku tanya dia seperti itu.
Namun tetap saja ia terengah dan mengulang kata-katanya.
”Aku nggak mau dia pergi, enggak, nggak mau....”
Suaranya sangat meyedihkan, kupeluk dia dan iapun menangis. Beberapa saat kemudian, ku ambil segelas air untuknya, kutunggu sampai dia tenang.
”Sekarang, coba kau ceritakan apa yang ngebuatmu kayak gini?” pintaku dengan halus.
Dan diapun mulai menggetarkan bibirnya dan berkata ”mimpi Des... Aku nggak mau mimpi itu jadi nyata. Aku takut kehilangan dia Des.”
”Iya-iya…, tapi siapa? Gimana mimpimu? Aku jadi bingung!” Akupun bertanya dengan kebingunganku.
”Aku mimpi Ardi mengenakan pakaian serba putih, dia menghampiriku, menyampaikan pesan biar aku tetap tegar, dan dia janji sama aku bakal tetep ngejaga aku dengan do’anya. Terus dia meluk aku. Tapi, waktu dia ngelepas pelukanya aku ngerasa itu untuk selamanya. Kenapa aku Cuma diem aja ya Des? Aku ngelihat dia dijemput sinar yang berkilauan. Dan setelah itu aku baru sadar dan berusaha mencegah sinar itu ngebawa dia. Apa arti semua ini ini Des?”
Kembali tangisnya terpecah dan kembali kusandarkan dia dalam pelukku. Kusadarkan dia bahwa itu hanya mimpi sebagai bunga tidurnya dan ku minta dia tidur kembali karna kulihat masih jam 2 subuh. Oh Tuhan, Des benar-benar ngantuk.
Pagipun menjelang.
Uuaahhheemmmm....
Aku menguap, mulai tersadar dan ku buka mataku perlahan sambil dikucek-kucek. Setelah mataku benar-benar terbuka, aku kaget, ”Ya Tuhan, Cindy kemana?” Aku tersentak dan bergegas bangun. Aku panggil Cindy sambil kucari dia diseluruh sudut apartment tapi nggak ada. Kuhubungi Hpnya, mailbox. ”Huh! Cindy kemana siech?” Segera ku ambil tas dan kucari taksi.
Aku bingung mau mencarinya kemana, ku telfone Ardi, mailbox juga. ”ada apa ini?” gerutuku. ”Mmm, aku harus ke apartment Ardi” segera ku arahkan taksi menuju ke apartment Ardi.
Disana aku cuma nemuin temen satu apartmentnya yang terburu-buru membawa koper. Kuhampiri dia dan kutanya ”Mau kemana kau Al? Kok bawa koper segala?”
Tapi Alfin tidak menjawabku dan langsung pergi, lalu kembali ku coba untuk menghubungi Cindy, kali ini berhasil dan aku langsung menanyakan keberadaannya. Ternyata dia ada di tempatnya biasa berkencan dengan Ardi, aku langsung menuju kesana. Sampai disana kutemui Cindy, wajahnya sangat sayu, tampaknya ia habis menangis. Aku minta ia menceritakan apa yang terjadi.
”Dia sudah pergi, Ardi ninggalin aku Des.”
ternyata Ardi memutuskan hubungan dengannya tanpa memberi alasan yang jelas.
Lalu kucoba kembali menenangkannya, ”Kamu nggak sendiri Cin, aku akan selalu bersamamu, aku janji nggak bakalan pernah ninggalin kamu, percaya kan sama aku? Aku yakin kamu pasti bisa dapetin yang lebih baik dari Ardi. Kamu cantik lo, hatimu juga suci. Jangan nangis lagi Cin, aku nggak mau ngeliat kamu terpuruk”.
Beberapa bulan setelahnya, Cindy masih saja belum bisa melupakan kejadian itu, dia hanya menjalani rutinitasnya dan berapa lelakipun mendekatinya, seperti masih ada traumatis dalam dirinya.
Tapi, seolah duplikat sosok Ardi datang kembali di hidupnya. Cindy seperti mendapatkan kembali gairah hidupnya dengan menemukan lelaki itu. Sudah berapa kali aku mengingatkannya, lelaki itu bukan Ardi, tapi tetap saja Cindy dekat dengannya.
Ia mengaku bernama Diva, namun identitasnya masih menjadi pertanyaanku.
Akupun mencoba mencari tahu, dan ternyata dia benar-benar Ardi, Ardi yang dulu meninggalkan Cindy hingga menjadi trauma. Aku menjelaskan hal ini pada Cindy dengan bukti-bukti yang kudapat.
”Oh Tuhan, apa-apaan ini? Kenapa dia ngilang dan kembali lagi seenaknya kayak gini? Apa maksud semua ini? Apa yang harus aku lakukan Des? Tolong jawab aku Desy...” Cindy seolah nggak mampu menerima semua, dia merasa Ardi seolah mempermainkannya.
 Dan aku menyarankan untuk menjauhi Ardi ”Percaya padaku Cin, lebih baik kau jauhi dia, aku tidak mau melihatmu tersakiti untuk kedua kalinya”
Setelah itu Ardi datang menemuinya, Cindypun acuh. Mungkin Ardi bingung kenapa Cindy seperti itu padanya.
”Des, ada apa dengannya? Apa dia inget lagi sama kekasihnya yang sudah lama ninggalin dia”
Akupun langsung menamparnya dan berkata ”Ardi! Cukup!! Kamu nggak usah lagi melanjutkan sandiwaramu, aku minta sekarang juga kau jauhi Cindy!”
Tampaknya Ardi sangat kaget mendengar kata-kataku ”Darimana kamu tahu semua ini Desy?”
Dan dengan nada sengit aku menjawab ”Kamu nggak perlu tahu!! Pergi!!”
”tapi aku sangat mencintai Cindy Des, aku nggak mau ngelepasin dia” begitu dia berkata padaku.
”Ooh.. jadi kayak gini caramu mencintai sahabatku? Apa kamu peduli waktu kamu ninggalin dia? Dimana pengertianmu tentang perasaannya? Dimana kamu saat dia ngebutuhin kamu?
Cindy gadis yang baik, cantik, apa lagi yang kurang darinya, aku rasa nggak ada dan lagi dia sangat mencintaimu. Aku sudah lega melihatnya mampu tegar, tapi sekarang kau muncul lagi. Aku nggak mau dia kau sakiti lagi, jauhi dia demi Tuhan Ardi!!”
Ardi kembali bicara ” Kamu nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa aku ngelakuin itu semua.” aku tetap terdiam ”Aku.. aku ninggalin dia karna aku nggak mau dia mengharapkan sesuatu yang tidak pasti”
”Maksudmu?” aku nggak ngerti apa yang dia katakan.
”Aku menderita kanker darah Des, dan aku pergi untuk melakukan pencangkokan sumsum tulang belakang ke Singapur, aku takut oprasiku nggak berhasil. Aku nggak mau dia sedih karna itu. Makanya aku mutusin untuk nggak ngasi tahu dia. Aku datang buat ngejelasin semua ini dan kembali padanya, aku masih sangat mencintainya Des..” begitu ia menmberiku penjelasan.
 Aku sangat menyesal nggak menyambutnya dengan baik ”Oya?? Ardi, seandainya dari awal kamu ceritakan yang sesungguhnya kamu alami pasti dia mampu ngerti dan akan menunggumu.  Dia masih sangat mencintaimu, temuilah dia, dia pergi ke puncak, ku do’akan semuanya baik-baik saja.”
Ardi tersenyum padaku ”Thanks ya Des, aku pergi sekarang. See you..”
Ardi kemudian bergegas menemui Cindy.
Lama aku menunggu kabar dari mereka. Ketika aku mulai gelisah tiba-tiba Hpku berdering. ”Ardi? Bagaimana..”
Belum selesai aku bertanya dia memintaku datang ke puncak dengan nada panik dan telfonpun langsung ditutup. Aku bingung, bertanya-tanya apa yang terjadi? Karna hari sudah menjelang malam, aku takut kemalaman di jalan dan aku putuskan pergi bersama Doni, kekasihku. Diperjalanan aku resah, ku telfone, mailbox, terpaksa harus ku tunggu sampai aku tiba disana.
Akhirnya, tiba juga aku di puncak. Segera ku cari keberadaan mereka dengan raut wajah tak karuan.”Oh Tuhan... jantungku hampir copot karna memikirkan kalian”
Ku temukan mereka berdua sangat mesra dan tersenyum melihat kedatanganku bersama Doni.
~SELESAI~

Wid_gek [KSR Red]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar